pra Nikah
Assalamualaikum... Apakabar sahabat? Nah, ini tulisan pertama saya mengenai hal pra nikah dan sumber materi pra nikah ini pernah dibahas oleh ustadzah Nurlela. Saya akan mencoba menyampaikan kembali hal-hal yang telah saya peroleh dalam kajian tersebut. Meskipun saya juga belum pernah merasakan jenjang pernikahan tapi saya akan menyampaikan ilmu pra nikah berdasarkan apa yang saya baca karena ilmu yang didapatkan kalo tidak ditulis dan dimanfaatkan takut nya jadi lupa. Okee, mari kita bahas.
Coba pikirkan, Apakah kajian pranikah itu penting ? Yah sangat penting pertama, ibarat akan masuk ke Medan juang maka bila ingin memenangkan perjuangan, harus memiliki persiapan dan perencanaan yang matang. Bila tidak bisa jadi kita kalah bahkan sebelum berjuang. Pernikahan hakikatnya adalah perjuangan... seseorang yang memasuki pernikahan seolah memasuki Medan baru, dunia baru , lika liku yang mungkin sebelumnya tak pernah ditemui... kemampuan adaptasi dengan situasi baru sangat ditunjang dengan kematangan keilmuan, matang ilmu seolah kontribusi nutrisi bagi mental yang kuat dan sehat.
Kedua, Pernikahan adalah ibadah terpanjang. Dan karena terpanjang maka hampir setengah bagian dari penyempurna kehidupan beragama.
Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الْإِيمَانِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي
“Barangsiapa menikah, ia telah menyempurnakan setengah agamanya. maka hendaknya ia bertaqwa kepada Allah untuk setengah sisanya” (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath [1/1/162], dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah.
قال القرطبي في التفسير: من تزوج فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الثاني. ومعنى ذلك أن النكاح يعف عن الزنى، والعفاف أحد الخصلتين اللتين ضمن رسول الله صلى الله عليه وسلم عليهما الجنة فقال: من وقاه الله شر اثنتين ولج الجنة ما بين لحييه وما بين رجليه. خرجه الموطأ وغيره. انتهى.
وقال الغزالي في إحياء علوم الدين: وقال صلى الله عليه وسلم من تزوج فقد أحرز شطر دينه فليتق الله في الشطر الثاني وهذا أيضاً إشارة إلى أن فضيلته لأجل التحرز من المخالفة تحصناً من الفساد فكأن المفسد لدين المرء في الأغلب فرجه وبطنه وقد كفى بالتزويج أحدهما. انتهى. فتبين مما ذكر أن الزواج نصف الدين بهذا المعنى.
Menurut penjelasan imam Al qurtubi dan imam Al Ghazali di atas bila diambil intisarinya bahwa pernikahan sejatinya adalah setengah dari amalan yang dapat menjaganya dari terjerumus ke dosa-dosa yang bisa menyeretnya ke dalam api neraka. Sisanya adalah ketakwaan di urusan urusan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa menikah memiliki keutamaan yang tinggi dan mulia.
Bila kita Bandingkan dengan ibadah haji yang hanya satu bulan betapa kaum muslimin bersemangat mengikuti pembelajaran, pelatihan2 demi kesuksesan Ibadah. Namun kesadaran mempersiapkan ibadah pernikahan di kalangan kaum muslimin belum membudaya. Hingga banyak terjadinya berbagai tragedi dalam pernikahan, perceraian yang dari tahun ke tahun bulan ke bulan terus meningkat, belum penyimpangan perilaku dari anak-anak yang lahir dari keluarga yang gagal paham makna pernikahan, gagal menegakkan samawa yang paripurna. Pernah dalam suatu audiensi ibu gubernur Jabar terdahulu saat itu, ibu Neti yang tengah dihadapkan kepada melimpah ruahnya anak-anak di jalan, melimpah ruah nya kenakalan remaja...setelah dianalisis mereka semua adalah anak-anak yang lahir dari pernikahan yang tanpa misi dan visi . Pernikahan yang dilangsungkan tanpa persiapan ilmu dan spiritual yang memadai. Pernikahan yang mentah dan terlalu dini.
Oleh karenanya berdasarkan latar belakang yang kurang baik tentang berbagai hal terkait ketahanan keluarga, baru baru ini pemerintah meluncurkan program sertifikasi pernikahan meskipun menuai pro dan kontra. Maksudnya agar yang akan menikah benar-benar yang memang sudah layak menikah. Oleh karenanya sertifikat menikah akan diberikan bila memang mereka sudah lulus mengikuti berbagai bimbingan pranikah yang diselenggarakan oleh pemerintah yang diberikan kewenangan untuk itu.
Namun demikian kita semua sepaham kajian pranikah saat ini adalah kebutuhan. Sekarang masyarakat banyak yang telah aware akan hal tersebut. Alhamdulillah berbagai kajian pranikah saat ini menjamur di tengah tengah Masyarakat. Kurikulum nya pun beraneka ragam. Tetapi intinya adalah membekali pemuda pemudi yang siap nikah atau berada di usia nikah agar mantaben 😀 memasuki dunia pernikahan. Kajian pra nikah biasanya bicara berbagai hal seputar yang dibutuhkan oleh pasangan yang akan menikah. Antara lain fikih munakahah : seputar konsep ta'aruf, khitbah, akad nikah yang sesuai syariat. Persiapan nikah dalam kajian kesehatan reproduksi, kajian psikologi, komunikasi, management keuangan, management konflik dsb. Mengingat banyak sisi yang harus dikupas tentu dibutuhkan waktu yang cukup untuk membahasnya.
Selebihnya adalah ta'ammul / perenungan tentang makna asasi menikah, hal-hal yang berubah di fase masih saya dan fase aku dan kamu.
Hal ini yang melatar belakangi pentingnya kajian pranikah, sehingga ilmu yang perlu disampaikan dalam pra nikah ini yaitu berupa ilmu ta'ammul (perenungan makna menikah) dan makna menanti pasangan menuju menikah
Perenungan makna menikah
MENIKAH ITU TENTANG...
.
.
.
Menikah itu bukan soal seseorang yang 'mau menerima kita apa adanya' tapi soal kesediaan kita 'menerima seseorang apa adanya'.
.
.
Menikah bukan soal hadirnya seorang yang sempurna tapi soal kesediaan kita menyempurnakan kekurangan seorang yang menjadi pasangan.
.
.
Menikah bukan soal menunggu datang yang cocok tapi soal kesiapan untuk mencocokkan diri dengan siapapun yang telah melamar dan mengucap janji setia.
.
.
Menikah itu bukan soal menikah dengan orang banyak kesamaannya tapi soal kesanggupan menua bersama dengan orang yang banyak ketidaksamaannya.
.
.
Menikah itu bukan melulu tentang orang yang berbeda harus jadi sama tapi soal mau bersama dengan orang yang berbeda.
.
.
Menikah itu bukan karena mencintai kelebihannnya tapi soal kesadaran atas segala kekurangannya dan kerelaan mengisi bahkan mencintai kekurangannya di sepanjang jalan kebersamaan.
.
.
Menikah itu bukan soal menang kalah tapi soal keikhlasan untuk mengalah untuk menang.
.
Menikah itu bukan ruang berduel tapi sarana berduet melewati segala pancaroba kehidupan.
.
.
Menikah itu bukan ajang kompetisi tapi arena sinergi dan kolaborasi sampai mati dua jiwa yang menyatu dalam suatu harmoni komunikasi dan koordinasi.
.
.
Menikah itu tidak ada sekolahnya, tidak ada kurikulumnya, dan tidak ada graduation-nya. Its learning by doing process. Setiap hari terus belajar, setiap hari terus menjalani ujian. Kelulusannya ditentukan oleh daya tahan untuk stay on the marriage seberapa keras batu ujian. Siapa bertahan hingga maut memisahkan maka keduanya akan bersama di alam sana.
"FIKIH PENANTIAN JODOH"
Apa yang harus dilakukan di masa penantian jodoh? Paling tidak, ada tujuh sikap yang sepatutnya dimiliki para lajang laki-laki dan perempuan di masa menanti datangnya jodoh idaman hati, sebagai berikut:
1. Ridha Terhadap Ketetapan Allah
Jodoh adalah bagian dari ketetapan Allah. Syaikh Utsaimin rahimahullah menjelaskan, "Sebagaimana rejeki telah tercatat dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya, demikian pula jodoh. Ia telah tercatat dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya. Setiap orang telah tercatat pasangan hidupnya, telah ditentukan dengan siapa dia akan menikah. Tidaklah tersembunyi bagi Allah 'Azza wa Jalla sesuatu pun yang ada di bumi dan yang ada di langit".
Terkadang, seseorang berharap dirinya segera bertemu jodoh, sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Ia meminta kepada Allah ---penyegeraan waktu, dan ketepatan kriteria sesuai daftar keinginannya. Padahal Allah yang Maha Mengetahui, kapan waktu yang tepat dan mana jodoh yang tepat. Allah telah berfirman:
"Bisa jadi, kalian membenci sesuatu padahal dia lebih baik bagi kalian. Bisa jadi pula, kalian mencintai sesuatu padahal dia lebih buruk bagi kalian. Allah Maha Mengetahui sementara kalian tidak mengetahui" (QS. Al Baqarah: 216).
Hendaknya kita selalu ridha dengan ketetapan agungNya. Ridha bahwa Allah telah menetapkan jodoh dan akan dipertemukan pada waktu yang telah direncanakanNya. Kita boleh berdoa dan berusaha, namun semua ketetapan ada pada kuasaNya. Sikap yang selalu kita kedepankan adalah, ridha dengan semua ketetapanNya. Tidak mengeluh, tidak protes, tidak marah atas hal yang belum ditetapkan untuk kita --seperti maunya kita.
2. Menanti itu Bukan Pasif, Pesimis dan Apatis
Yang disebut sebagai masa penantian, bukanlah pekerjaan kesia-siaan. Bukan seperti orang yang hanya duduk-duduk tanpa mau bekerja, namun meminta limpahan rejeki yang banyak dari Allah. Hidup di dunia ini memang akan mati, namun bukan berarti kegiatannya hanya berdiam diri untuk menunggu waktu mati. Sepanjang hidup, kita ditutntut untuk beramal salih, menghiasi kehidupan dengan kebaikan dan kebermanfaatan.
Syaikh Utsaimin menyatakan, rejeki dan jodoh sudah ditetapkan oleh Allah Ta'ala sejak manusia masih dalam perut ibu. "Namun janganlah dikatakan bahwa rejeki sudah tercatat dan sudah ditentukan sehingga kita tidak perlu melakukan sebab-sebab (upaya) yang bisa menyampaikan kepada rejeki tersebut. Sebab, sikap seperti itu termasuk kelemahan.
Sikap yang cerdas dan menunjukkan kekokohan adalah kita berusaha menempuh sebab yang mengantarkan menuju rejeki kita dan melakukan hal yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunia", demikian penjelasan Syaikh Utsaimin.
Selanjutnya beliau menukilkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Orang yang cerdas adalah yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk persiapan kehidupan setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah yang mengikuti keinginan hawa nafsunya lantas mengharapkan dari Allah angan-angannya." HR. at-Tirmidzi no. 2459.
Pada masa penantian, ada banyak usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan jodoh. Usaha bathiniyah adalah dengan taqwa, memperbanyak doa, memperbanyak istighfar, sabar dan tawakal kepada Allah Ta'ala. Sedangkan usaha lahiriyah adalah dengan melakukan proses menuju ta'aruf secara langsung ataupun melalui perantara yang bisa dipercaya. Yang harus diperhatikan, hendaknya semua proses mendapatkan jodoh selalu mengikuti aturan syari'ah. Jangan sampai melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan syari'ah.
3. Selalu Produktif di Masa Penantian
Pada masa penantian, hendaklah melakukan berbagai amal salih yang bermanfaat untuk diri dan orang lain. Misalnya belajar menuntut ilmu, baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal; atau belajar dengan berkegiatan langsung yang produktif. Termasuk melakukan berbagai kewajiban yang ditetapkan untuk orang beriman, seperti beribadah, beramal salih, bekerja mencari penghidupan yang halal, dan seterusnya.
Yang dimaksud dengan produktif, bukan hanya sekedar berkegiatan, namun harus ada yang dihasilkan. Hendaknya anda menjadi lajang yang penuh karya, kreatif, inovatif, produktif dan konstruktif. Anda harus melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Betapa banyak orang-orang yang menorehkan karya terbaik bagi negara, memberikan sumbangan berupa karya ilmiah, prestasi, penemuan, kejuaraan, dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud dengan produktif.
Perhatikan manajemen waktu anda. Sejak dari bangun tidur pagi hari, lakukan hal-hal yang produktif. Melakukan kegiatan rutin, apakah sekolah, kuliah, bekerja, olah raga, membaca, mengaji, ibadah, silaturahim, dan hal-hal produktif lainnya. Sampai saatnya anda tidur kembali di malam hari untuk istirahat, tidur pun dalam konteks yang produktif. Yaitu tidur yang benar-benar memberikan rehat bagi jiwa dan raga. Tidur nyenyak yang memberikan tenaga untuk keesokan harinya. Bangunnya produktif, tidurnya juga produktif.
4. Selalu yakin dan Optimis
Dalam masa penantian, hendaklah selalu yakin dan optimis menatap masa depan. Jangan sampai jodoh menjadi hantu yang membebani perjalanan kehidupan. Ketika anda yakin bahwa Allah sudah menentukan jodoh, maka sesungguhnya peristiwa ditolak saat melamar, harus dipahami dalam bingkai jawaban atas rahasia jodoh. Bahwa memang dia memang bukan jodoh anda, bahwa jodoh anda belum Allah pertemukan dengan anda.
Yakin dan optimis, bahwa Allah akan berikan jodoh yang terbaik bagi dunia dan akhirat anda. Tugas terpenting kita adalah terus memantaskan diri di hadapan Allah, agar Allah segera pertemukan dengan jodoh terbaik bagi dunia dan akhirat anda.
Mereka yang menolak lamaran anda, itu karena memang bukan jodoh anda. Mereka yang menikah dengan orang lain, padahal anda mau menikah dengan dirinya, itu karena memang bukan jodoh anda. Sederhana jika kita pahami dengan keyakinan akan kuasa Allah atas makhlukNya. Anda harus benar-benar yakin bahwa jodoh berada dalam kekuasaan Allah Ta'ala.
Dengan keyakinan seperti ini, anda tidak akan terjatuh ke dalam sikap kesombongan di satu sisi, bahwa seseorang merasa sangat gampang mencari calon jodoh karena cantik atau tampan. Ia merasa dikelilingi banyak lawan jenis yang memiliki ketertarikan besar kepada dirinya, tinggal ia memilih. Seakan-akan ia tidak berhubungan dengan ketentuan takdir Allah yang pasti berlaku bagi seluruh makhlukNya.
Namun di sisi lain juga terhindarkan dari keputusasaan, seakan-akan jodoh tak pernah bertemu dengan dirinya. Jangan pernah putus asa dari mengharapkan rahmat Allah, karena rahmat Allah sangatlah luas. Berdoalah kepada Allah, berharaplah kepada Allah, mintalah petunjuk dan bimbingan kepada Allah, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui semua hal. Sungguh pengetahuan dan usaha manusia sangat terbatas, maka kita harus selalu memohon pertolongan dan kekuatan dari-Nya.
5. Memperbaiki Persiapan Diri
Pada masa penantian itu, hendaknya anda gunakan sekaligus untuk memperbaiki dan menambah persiapan diri menuju pernikahan. Semakin baik persiapan diri anda, akan semakin baik kehidupan pernikahan anda nantinya. Ada sangat banyak hal bisa dilakukan untuk menambah persiapan diri, sejak dari mental spiritual, intelektual, finansial, termasuk fisik dan kesehatan badan. Hendaknya anda mengoptimalkan kesiapan dari sisi kepribadian, agar benar-benar menjadi pribadi dewasa dan siap tumbuh belajar.
Menikah dan hidup berumah tangga memerlukan kedewasaan dan kematangan kepribadian. Bukan hanya berumah tangga, bahkan dalam bekerja, berkarier, berorganisasi, maupun bermasyarakat, juga memerlukan karakter pribadi yang dewasa.Seperti apakah pribadi dewasa itu? Menurut perspektif psikologi, seseorang yang memiliki pribadi dewasa, dalam dirinya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
Memiliki "sense of self" atau konsep diri yang kuat, seperti bisa mengambil keputusan untuk dirinya tanpa mengandalkan orang lain.
Dapat menjalin hubungan sosial dengan orang lain secara sehat, dalam jangka waktu panjang.
Memiliki kematangan emosional, mampu mengelola dan mengontrol emosi, sehingga kondisi mood-nya tidak bergantung kepada aksi atau reaksi orang lain.
Bisa menerima dirinya secara seimbang, misalnya mengetahui dan menerima kelebihan dan kekurangan diri, sehingga bisa bertindak dengan tepat.
Bisa menyusun argumen, pendapat, pandangan, dan persepsi yang logis dan masuk akal.
Bisa berpikir jangka panjang dan membuat perencanaan kehidupan.
Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.
Mampu mengelola konflik atau perbedaan dengan bijak.
Dari berbagai ciri-ciri tersebut, apakah anda sudah memiliki pribadi dewasa? Menjadi tugas anda untuk semakin mendewasakan pribadi. Sangat berbahaya, jika belum dewasa namun sudah menikah. Laki-laki dan perempuan yang tidak dewasa, jika mereka hidup berumah tangga, cenderung tidak akan bisa bertahan lama. Mereka tidak bisa mengendalikan emosi, tidak bias menyelesaikan masalah secara dewasa, tidak mampu menghadapi badai persoalan dalam kehidupan. Itulah sebabnya, menikah hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa.
Demikian pula, sangat penting bagi anda untuk memiliki jiwa pembelajar, yang terus menerus giat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, namun juga ketrampilan. Kehidupan pernikahan adalah kondisi yang sangat dinamis, penuh dengan aneka warna keadaan. Kadang melewati suasana penuh keceriaan dan kebahagiaan, kadang harus melewati kesusahan dan kedukaan. Kita harus siap untuk terus belajar menghadapi semua kondisi kehidupan yang aneka rasa tersebut.
Sebanyak apapun anda belajar dan mempersiapkan diri untuk membentuk rumah tangga, tetap saja ada bagian yang belum sempat anda pelajari, saking banyaknya ilmu yang dibutuhkan. Karena kehidupan keluarga itu tidak flat, terus berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Selalu bertemu hal-hal baru. Benarkah? Coba kita tengok selintas saja, teori Duvall dan Milller mengenai "8 Stages of The Family Life Cycle".
Menurut Duvall dan Miller, kehidupan dan perkembangan sebuah keluarga, akan melalui delapan tahap : Beginning Family / Keluarga Baru, Childbearing Family / Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama, Family With Preschoolers / Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah, Family With School-age Children / Keluarga dengan Anak Sekolah, Family With Teenagers / Keluarga dengan Anak Remaja, Launching Family / Keluarga dengan Anak Dewasa, Middleage Family / Keluarga Usia Pertengahan, Aging Family / Keluarga Usia Lanjut.
Nah dari teori Duvall dan Miller itu saja sudah bisa memberikan gambaran, bahwa kehidupan keluarga itu sangat dinamis. Tidak pernah berada dalam kondisi yang sama, terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan. Oleh karena itu, pada setiap tahap kehidupan berumah tangga, semua orang harus bersedia untuk tetap belajar. Kita akan terus menerus belajar di sepanjang kehidupan berumah tangga. Itulah sebabnya butuh dicetak karakter pembelajar pada diri setiap orang.
6. Menjaga Kebaikan Diri
Pada masa penantian hendaklah pandai menjaga kebaikan dan kesucian diri. Jangan sampai ternoda dan tercela. Jangan mencoba-coba hingga melanggar aturan syari'ahNya. Nabi Saw memerintahkan kepada para pemuda yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, dan apabila belum mampu menikah hendaknya berpuasa. Tuntunan mulia ini adalah dalam rangka menjaga kebaikan diri selama masa penantian. Dengan berpuasa, akan bisa mengendalikan gejolak syahwat, sehingga tidak menjerumuskan ke dalam kemaksiatan.
"Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki kemampuan (ba-ah), maka menikahlah, karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu adalah pengekang syahwatnya yang menggelora". Hadits Riwayat Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400.
Bagi para lajang, memang ada tantangan sangat berat harus dihadapi bagi mereka yang dalam masa menanti datangnya jodoh. Tantangan itu adalah penjagaan diri. Ketika sudah berada dalam usia dewasa, hormon-hormon kedewasaan sudah tumbuh dengan normal, maka di saat itu perasaan ketertarikan kepada pasangan jenis akan sangat kuat dirasakan.
Dalam masa menanti dan melewati proses pernikahan itu, jangan mengotori diri dengan perilaku kebebasan pergaulan, yang justru akan menjerumuskan ke dalam kesengsaraan. Masa menunggu sampai terjadinya pernikahan terasa demikian lama, sementara mereka harus mampu terus menerus menjaga diri sepanjang waktu. Pada situasi seperti itu, mucullah banyak godaan yang telah menimbulkan banyak sekali persoalan. Lihatlah di sekitar kita. Berapa banyak orang-orang yang tidak mampu menjaga diri sehingga mereka terjerumus ke dalam dunia bebas yang memabukkan.
Ketika kebebasan pergaulan diperturutkan, kerugian yang muncul bukan hanya karena terkotorinya hati serta niat suci, namun telah merusak pula berbagai sendi kehidupan dan kemanusiaan. Kebebasan yang diperturutkan akan memunculkan kehinaan dan bahkan korban jiwa. Korban jiwa dari anak-anak yang tidak berdosa dan tidak mengerti apa-apa tentang dunia. Hamil di luar nikah, selain bernilai dosa besar menurut agama, namun juga melanggar kepatutan norma di masyarakat.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa dari 5 juta kelahiran pertahun. Bahkan, 1 - 1,5 juta diantaranya adalah kalangan remaja.
Angka kejadian aborsi 2,5 juta kejadian per tahun itu sama dengan 208.333 kejadian aborsi per bulan, atau 6.944 kejadian aborsi per hari, atau 290 kejadian aborsi setiap jam, atau 4 sampai 5 kejadian aborsi setiap menitnya.
Tentu data ini sangat mengerikan dan membuat miris. Pelaku aborsi mayoritas anak-anak muda yang belum menikah. Mereka menggugurkan kandungan karena terlanjur hamil sebelum menikah. Begitulah sampak dari ketidakmampuan menjaga kebaikan dan kesucian diri di masa penantian. Sangat merugikan bahkan merusak nilai kemanusiaan.
7. Memperluas Pergaulan dengan Orang Salih / Salihah
Sangat penting untuk menjaga pergaulan bahkan memperluas, terutama dengan orang-orang salih dan salihah. Sangat penting bagi anda untuk membangun kesalihan pribadi, itulah sebabnya anda harus memperbanyak bergaul dengan orang-orang salih / salihah.
Anda harus berusaha menjadi salih dalam segala aspeknya. Salih dalam segala cakupan maknanya. Pondasi untuk membentuk pribadi salih / salihah adalah rasa takut kepada Allah, karena meyakini Allah selalu mengawasi semua tindakannya.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (QS. Qaf : 16).
Orang-orang yang takut kepada Allah akan menjaga diri dari kecenderungan hawa nafsu yang menyimpang. Mereka inilah pemilik pribadi salih.
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)". (QS. An-Nazi'at : 40-41)
Pribadi salih / salihah adalah mereka yang bertaqwa kepada Allah. Suatu ketika ada seorang laki-laki menghadap Hasan bin Ali, sembari bertanya, "Ya Hasan, puteriku akan dipinang, kepada siapakah aku harus menikahkannya?" Hasan bin Ali menjawab, "Nikahkan puterimu dengan orang yang bertakwa. Sebab bila ia mencintainya pasti akan menghormati dan memuliakannya, dan bila ia tidak mencintainya pasti tidak akan menzhalimi puterimu."
Itulah karakter salih. Suami salih akan selalu menjaga, melindungi, menyayangi, dan mengasihi istri. Tak akan menyia-nyiakan atau mentelantarkan istri. Tak akan menyakiti dan melukai istri. Demikian pula istri salihah akan selalu menghormati suami, mentaati suami dalam hal yang tidak maksiat, selalu mengasihi, mnyayangi dan melayani suami sepenuh hati. Pun orangtua yang salih, akan selalu mendidik, mengarahkan, menyayangi dan mencintai anak sepenuh jiwa.
Lelaki salih, bertumbuh dari lingkungan orang-orang salih. Perempuan salihah, bertumbuh dari orang-orang salihah. Penting bagi anda --di masa penantian---semakin memperluas pergaulan di lingklungan yang salih / salihah. Selain mendapatkan pengaruh positif dari kesalihan mereka, anda juga akan mendapatkan doa-doa tulus dari mereka. Semakin banyak orang salih / salihah mendoakan anda, insyaallah akan semakin istijabah di sisiNya.
Komentar
Posting Komentar