ADA APA DENGAN KETUPAT?

Kalian tau kan ketupat? Iya, ketupat yang selalu  wajib ada setiap lebaran idul fitri dan seolah menjadi simbol datangnya idul fitri. Ibaratnya kalo ga ada dia ga seru. Hehe. Begitupun dengan ketupat, jika tidak ada ketupat saat hari raya idul fitri terasa bukan hari raya dan terasa ada yang kurang lengkap. Namun terlepas dari itu semua, apakah kamu sudah benar-benar yakin telah mengenal dia? Maksud dia disini itu ketupat ya bukan doi kamu.  Coba deh tanyakan pada dirimu sendiri apakah kamu tau bagaimana bisa lebaran idul fitri selalu disimbolkan dengan ketupat? Coba bisa jawab tidak? Lalu apakah ada makna dan filosofi dari simbol ketupat itu sendiri? Selanjutnya apakah ketupat hanya berbentuk persegi saja? Apakah kamu sudah tau jawabannya? Jika kamu belum bisa jawab. yuks, coba baca artikel berikut ini..

Sejarah ketupat

Pertama yang harus dibahas yaitu mengenai asal-usul dari ketupat itu sendiri. Menurut H.J. de Graaf dalam Malay Annal ketupat merupakan simbol perayaan hari raya islam pada masa pemerintahan demak yang dipimpin raden patah awal ke 15. De Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janur berfungsi untuk menunjukkan identitas budaya pesisir  yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Menurutnya  warna kuning pada janur dapat dimaknai sebagai upaya masyarakat pesisir jawa untuk membedakan warna hijau dari timur tengah dan merah dari asia timur.

Sunan kalijaga atau raden patah adalah salah satu raja dari kerajaan Demak yang pertama kali memperkenalkan dan memasukan ketupat sebagai simbol hari raya idul fitri dimana sebenarnya ketupat ini sudah dikenal masyarakat sejak zaman hindu-budha atau sebelum Islam masuk. Kerajaan Demak ini merupakan kerajaan Islam di Jawa yang membangun kekuatan politik dan penyiaran agama Islam dengan dukungan Walisongo (Sembilan Wali). Ketika menyebarkan Islam ke pedalaman, Walisongo melakukan pendekatan budaya agraris dengan tidak menghilangkan budaya atau kebiasaan pada zaman hindu-budha salah satunya dengan cara memodifikasi kebudayaan tersebut dan kemudian mencocokannya dengan nilai-nilai ke Islaman sebagai upaya dalam menyebar luaskan Islam agar bisa diterima dimasyarakat.

Salah satu dari hasil modifikasi budaya atau akulturasi budaya tersebut adalah  tentang perayaan dengan ciri khas ketupat.  Dalam hal ini sunan kalijaga membudayakan dua kali bakda yaitu bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda lebaran dirayakan pada tanggal 1 syawal dan bakda kupat dirayakan seminggu sesudah lebaran.  Lebaran ketupat diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, kekayaan dan kemakmuran. Ia dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris. Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti majapahit dan pajajaran. Dalam pengubahsuaian itu terjadi desakralisasi dan demitologisasi. Dewi sri tak lagi dipuja sebagai dewa padi atau kesuburan tapi hanya dijadikan lambang yang direpresntasikan dalam bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada Tuhan. Dewi sri tetap dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Beberapa keraton di Indonesia seperti Cirebon, Ubud, Surakarta dan Yogyakarta tetap melestarikan tradisi ini. Sebagai contoh upacara slametan atau syukuran panedn di Jawa disebut Sekaten atau Grebeg Mulud dan juga berbarengan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad. Dalam upacara ritual semacam itu, ketupat menjadi bagian sesaji hal ini sama juga terjadi dalam upacara di Bali. Dimasyarakat jawa, ketupat seding digantung diatas pintu masuk rumah sebagai macam jimat atau penolak bala.

Tak heran jika kita melihat sejumlah tradisi di daerah yang berkaitan dengan agama Islam, hindu, maupun kepercayaan lokal. Disejumlah daerah ada tradisi unik yang dinamakan perang ketupat. Dipulau Bangka  perang ketupat dilakukan setiap memasuki Tahun Baru Islam (1 Muharam). Di Desa kapal Badung, Bali, perang ketupat dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. Di Lombok, perang ketupat dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen dan menandai saat mulai menggarap sawah. Tradisi itu masih bertahan hingga kini. Tradisi lebaran ketupat yang notabasenya berasal dari wilayah pesisih utara jawa tempat pertama penyebaran islam, tak kuat pengaruhnya dipedalaman. Hanya sejumlah wilayah pesisir utara yang hingga kini menganggap lebaran ketupat biasa disebut hari raya kecil, sebagai lebaran sebenarnya seperti Kudus, Pati dan Rembang. Secara Esensial tak ada yang membedakan lebaran ketupat dengan lebaran hari raya idul fitri. Keduanya mempunyai makna sama.

Makna atau filosofi ketupat

Dalam bahasa Jawa, ketupat atau kupat merupakan kependekan dari dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan, laku papat artinya empat tindakan. 4 tindakan tersebut terdiri dari Lebaran (usai), Luberan (Meluber/melimpah), Laburan (Labur/kapur),Leburan (lebur dari dosa). Laku papat ada dalam tradisi kupaan yakni:

Lebaran

Berarti sudah usai, mendakan berakhirnya waktu puasa. Selain itu lebaran juga berasal dari kata lebar yang artinya pintu maaf yang terbuka lebar.

Luberan

Berarti meluber atau melimpah, ajakan bersedekah kepada kaum miskin dalam kewajiban pengeluaran zakat fitrah

Leburan

Dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain

Laburan

Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Artinya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan bathinnya.

Pembungkus ketupat disebut sebagai janur atau daun kelapa yang merupakan kependekan dari “jatining nur” yang bisa diartikan hati nurani. Secara filosofi beras yang dimasukan dalam anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi. Dengan demikian bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Bentuk fisik kupat yang segi empat menjadi ibarat hati manusia. Saat seseorang mengakui kesalahannya. Maka hatinya seperti kupat yang dibelah, isinya putih bersih hati tanpa iri dan dengki. Bagi sebagian masyarakat jawa juga bentuk ketupat (persegi) diartikan dengan kiblat papat limo pancer. Papat dimakna sebagai simbol empat penjuru mata angin utama: timur, barat, selatan dan utara. Artinya kearah manapun manusia akan pergi ia tak boleh melupakan pacer (arah) kiblat atau arah kiblat (shalat). Rumitnya anyaman janur untuk membuat ketupat merupakan simbol dari kompleksitas masyarakat jawa saat itu. Anyaman yang melekat satu sama lain merupakan anjuran bagi seseorang untuk melekatkan tali silaturahmi tanpa melihat perbedaan kelas sosial.

Macam-macam ketupat

Prof. Dr. Florentinus Gregorius Winarno, seorang pakal ilmu teknologi pangan yang juga dikenal dengan F.G. Winarno ini mengungkapkan bentuk ketupat asli dalam sebuah handout sederhana berjudul “Tumpeng Offering” seperti dikutip dari kompas.com

Ketupat bagea

Bentuk ketupat bagea hampir bundar dan helaian janur menjntai dibagian atas. Anyaman janur menyilang dan mirip dengan kue bagea, itu sebabnya ketupat ini diberi nama ketupat bagea.


Ketupat bata

Ketupat ini dikenal juga dengan nama Ketupat Luwar, dibuat dari dua helai janur dan memiliki bentuk persegi panjang. Satu helai janur ada disatu sudut, sedangkan satu helai lainnya ada di sudut lainnya yang bersebrangan. Ketupat bata seringkali digunakan sebagai simbol tercapainya keinginan dan sebagai pengharapan agar jabang bayi dapat lahir dengan mudah, serta selamat.



Ketupat Bebek

Ketupat ini berukuran kecil, dan bagian bawah ketupat sedikit membulat. Bagian ujung ketupat dibiarkan agak panjang dan miring ke atas, sehingga ketupat memiliki bentuk mirip dengan mulut bebek.


Ketupat Debleng

Ketupat debleng dikenal juga dengan nama ketupat sintok, yang dijadikan simbol wanita cantik dan berbudi luhur. Ketupat ini dibuat menggunakan empat helai janur, dengan helaian janur di dua sudut yang berseberangan. Ketupat ini dibuat sebagai pengharapan anak perempuan yang akan lahir akan cantik dan berbudi luhur.


Ketupat Gatep

Ketupat ini memiliki bentuk yang mirip dengan ketupat bebek. Hanya saja ketupat ini memiliki bentuk yang lebih mirip dengan huruf D kecil.



Ketupat Geleng

Ketupat ini memiliki bentuk yang sama seperti ketupat bata, yakni persegi panjang. Hanya saja pada ketupat ini tidak ada satupun helaian janur yang menjuntai.


Ketupat Jago

Ketupat dibuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman janur muda. Ketupat biasanya menjadi teman makan opor ayam atau sambal goreng ati saat Lebaran


Ketupat Pendawa
Ketupat pendawa memiliki bentuk segitiga dengan helaian janur berada di bagian ujung, dan dikepang.

Ketupat Sidalungguh
Bentuk ketupat ini kecil dan mungil. Ketupat sidalungguh biasanya digunakan saat acara syukuran empat bulan. Ketupat dijadikan simbol kandungan yang sudah ditiupkan rohnya, sehingga jabang bayi diberi kedudukan atau dalam bahasa setempat berarti sidolungguh. Kedudukan jabang bayi yakni manusia kecil.

Ketupat Sari
Ketupat sari memiliki bentuk segitiga sama sisi, namun berukuran lebih kecil dibandingkan ketupat jago. Helaian janur pada ketupat sari menjuntai di bagian sudut kiri dan kanan ketupat.

Ketupat Sidapurna
Ketupat ini memiliki bentuk seperti huruf P terbalik, dan terlihat seperti kipas sate. Bagian sudut ketupat dilipat mirip pita, yang berfungsi juga sebagai hiasan.

Ketupat Tumpeng
Bentuk ketupat ini mirip dengan tumpeng yang mengerucut pada bagian atas, dan melebar pada bagian bawah. Helaian janur yang tersisa menjuntai di bagian ketupat yang meruncing. 




Sumber:
https://majalahteras.com/12-bentuk-ketupat-yang-hampir-punah
https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/politik/articles/mengunyah-sejarah-ketupat-Pdag6
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/heruriswan/5cf5135995760e39ae5212f4/filosofi-ketupat-dan-nilai-indonesia
https://www.tagar.id/filosofi-ketupat-bagi-orang-jawa/amp/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Ingkar Karya Boy Candra

Asal Usul Bilangan Kuantum

Review Buku Guru Aini Karya Andrea Hirata